bibil
2 min readJan 12, 2024

Manusia

“teh, mau nanya”

Si bungsu yang paling jarang pulang ke rumah ini sudah satu jam lamanya berdiam diri di kamarku. Sudah aku selesaikan satu meeting pun, dia hanya berkutat dengan ponsel. Yah, dia dan kepribadiannya memang sulit di tebak. Biasanya kalau pulang, dia akan mengajak anjing kami untuk bermain atau minimal membawa berbagai makanan dari delivery order untuk dia makan di kamarku.

“apa?”

Tatapannya lurus, duduk menghadap ke arah jendela samping kamar, “kenapa dunia disebut dinamis? Kenapa semua harus bergerak?”

“widih serius amat sih dek,” kelakar tipisku tidak digubrisnya.

“jawab dulu deh, jayus.”

“cih,” tukasku sebelum lanjut menjawab, “jelas dong dunia dinamis, karena sistemnya aja bumi itu berputar. Dari pagi, berputar jadi siang, bergerak terus, jadi malam. Kalau ga gitu, ya, semua jadi diam di tempat atuh?”

“emang apa yang salah kalau diam di tempat aja? Kan jadi konsisten, terarah, terukur semuanya?” tanya Changmin lagi. Entah karena jarak umur yang terpaut hanya setahun, atau memang ada hal lain yang dia ingin tanyakan, yang jelas aku merasa sesuatu yang berbeda dari pertanyaan sampai tanggapannya barusan.

“mungkin, ga salah untuk terus diam di tempat. Tapi jadinya, kita ga tau gimana untuk menghadapi perubahan. Cuma kan, jalanin kehidupan yang sama terus menerus juga bikin bosen, tau.”

“kecuali kehidupan yang itu-itu doang tapi punya tabungan dan deposito 500 milyar,” aku hanya bisa mendengus malas mendengar candaan anak aneh ini.

“500 milyar asides,” lanjut Changmin, “jadi di dunia ini, hampir ga ada sesuatu yang cuma diem di tempat? Yang garis hidupnya emang cuma diem ngikutin arus?”

“kayanya ya. Batu aja bisa berubah bentuk kalau keseringan diterjang ombak. Hampir semua di muka bumi pasti bergerak, dan berubah” jawabku yang disambut hening. Ah, raut itu. Raut bingung yang selalu tampak saat dia hampir frustasi mencari jawab.

“Termasuk manusia?”

Kan. Benar dugaanku tadi.

“justru, terutama manusia, dek.” mendengar itu, Changmin menatapku seolah bertanya ‘kenapa?’.

“di kehidupan ini, yang paling sering bergerak, manusia kan? Yang saling bergantung dengan seisi dunia, ya manusia. Makhluk hidup yang bisa menguasai bumi, buat pembangunan, perubahan, secara sadar bergerak, ya manusia?”

“kalau gitu,” mata lesunya menatapku, “bisa disebut normal ya, untuk perasaan manusia yang bisa pelan-pelan terkikis, terus hilang?”

bibil
bibil

No responses yet