Lagi dan lagi, selamat tahun baru
lagi-lagi suara ledakan kembang api, ini sudah tahun baru ke duapuluhlima buatmu. lagi-lagi mendengar teriakan menyambut lembaran baru, teriring doa dan harap layaknya tinta pertama yang digores dalam sehelai kertas kosong, termasuk pengharapan yang menggema dari rongga hati paling sudut milikmu.
satu jari tertutup; dua jari; tiga jari
kamu hitung semua apa apa saja yang kamu sudah jalani, termasuk apa apa saja yang (mungkin masih) kamu sesali.
hitungan jemari yang kemudian hilang dalam lepasnya lamunan bak kapal tanpa layar ditengah lautan, membiarkan ombak membawanya entah kemana; pun dengan isi kepalamu yang berputar ke entah bingkai adegan mana dibelakang, kembali membaca ulang lembar demi lembar kejadian yang bagai dua sisi pisau: ingin kamu kubur sampai inti bumi atau dikenang dalam sayang.
bermula dari banyaknya pengharapan yang ingin kamu jadikan nyata, sampai pada akhirnya: pada kenyataan dan seluruh zat alam kamu berserah. menerima kejutan semesta dengan meminta kekuatan yang jauh lebih banyak tapi dalam kapasitas secukupnya.